Jalan Tentara Pelajar

Tahukah sedulur mengapa Jl. Mrican kemudian diubah menjadi Jl. Tentara Pelajar? Saya percaya generasi milenial tak akan tahu latar belakangnya. Semoga tulisan singkat ini bisa membuka pengetahuan bersama.
Saya sendiri sampai sekarang masih sering menyebut Mrican atau bahkan Pasar Kambing, ternyata pada masa perang kemerdekaan, jalan ini punya sejarah kuat. Waktu itu pada bulan November 1949 sesuai kesepakatan Konferensi Meja Bundar di Den Haag maka Belanda harus segera menarik mundur dari Indonesia, selain mundur juga harus menyerahkan senjata kepada pejuang Indonesia.
Semarang dianggap kota paling besar di Jawa Tengah. Maka dijadikan pusat penyerahan Belanda. Namun gerilyawan Indonesia tak mau mengikuti kemauan Belanda begitu saja karena sering berlaku licik. Kekuatan Belanda ditarik dari Solo, Kedu, Banyumas, Pekalongan dan Pati. Semua mengalir ke Semarang. Maka Gubernur Militer waktu itu Gatot Soebroto memerintahkan kekuatan Tentara Pelajar dikonsentrasikan ke Semarang. Tujuannya untuk mengawal penyerahan kekuatan Belanda.
Saat itu berdasarkan keterangan salah satu Komandan Kompi Soetarso, yang ketika saya hubungi menjadi Sekjen eks Tentara Pelajar Jateng, bergeraklah Kompi Martono, Kompi Prakoso dan TP Strum Abtei Lung, Kompi Muktio dan dari Yogya Kompi Soepangat dan jalan Mrican yang waktu itu masih sempit dan rimbun dijadikan lorong utama pergerakan TP. Mereka menempati rumah-rumah di daerah itu untuk berjaga. Beruntunglah penyerahan berjalan tanpa bentrokan. Namun suasana Mrican waktu itu memang cukup mencekam.
Itulah sekilas catatan mengapa jalan Mrican kemudian diganti menjadi jl Tentara Pelajar. Peresmiannya dilakukan tahun 1988 oleh Martono salah satu Komandan Kompi yang waktu itu menjabat Menteri Transmigrasi. Acara ditandai pendirian patung Ganesya simbol perjuangan TP.
Patung itu kemudian pernah ditabrak truk. Kemudian didirikan lagi. Namun kemudian dipindahkan ke taman Cinde.
(Sumber : Artikel J. Christiono di FB MIKSemar)