Pohon Asam Tua di Pasar “Oplak” Peterongan

Ketika Pasar Koplak Peterongan dibangun pada tahun 1916, pohon asam ini sudah berdiri. Dan ada beberapa lainnya yang ditanam di tepian Jalan Mataram.
Dahulu posisinya malah tidak ditepi jalan seperti sekarang, namun berada di dalam pasar sebagai peneduh. Bangunan Pasar Koplak dahulu masih sederhana, hanya berupa rangkaian los. Sementara kios hanya berada di tepi-tepinya.
Namun inilah pasar tradisional tertua di Semarang (bandingannya, Johar baru dibangun 1936). Menampung pedagang hasil bumi dari pedesaan sekitarnya. Bukankah dahulu tak jauh dari Peterongan masih berstatus desa, banyak kebun sayur dan sawah. Ketika pasar dibangun, kawasan Pleburan, Anggrek dan Tegalwareng masih kebun dan Tegalan. Simpanglima masih berupa hamparan kebun bayem. Dan Wonodri, Bangkong, Tegalwareng dan Gergaji masih berupa kuburan Tionghoa, yang mana gerbangnya di Bangkong (sekarang jadi gerbang SMK Sultan Agung).
Dalam perkembangannya, Pasar Koplak bertumbuh dan pemukiman pun kian bertambah padat. Peterongan sampai Jomblang termasuk yang cukup cepat pertumbuhannya, maklum berada di jalur utama Semarang ke arah Ungaran / Salatiga/ Solo/Yogya lewat Tanah Putih. Jalur tram pun dulu melewati Peterongan dari arah Djoernatan menuju Djomblang. Jalur tram ini baru ditutup tahun 1940.
Namanya Pasar Koplak di Peterongan karena banyak dokar dari Mranggen yang membawa hasil bumi berjajar di depan pasar ini. Koplak adalah artinya pangkalan dokar.
Makanya jangan heran pula bila Karreweg (kemudian menjadi jl dr Cipto dan Kompol Maksum) dulu lebih terkenal sebagai Jalan Cikar karena banyak dilewati dokar dan banyak dijadikan tempat parkir dokar.
Itu perkembangan sampai 1990an. Sekarang tinggal satu dua dokar dari Mranggen yang berbisnis ke Peterongan.
Nah, pada tahun 1976 Pasar Koplak terbakar habis. Sebanyak 110 kios hangus. Belum terhitung los di dalamnya dan toko di tepi jalan.
Namun pohon asam tua ini sekalipun terkena jilatan kobaran api, tetap berdiri. Dan tetap bisa bersemi.
Kebakaran itu terjadi karena ledakan petasan dari salah satu los penjual petasan.
Pasar pun tak lama kemudian dibangun lagi. Malahan pemerintah kota memutuskan melebarkan areal pasar karena sudah terlalu sesak dengan pedagang. Maka beberapa bangunan sekitarnya dibeli pemerintah. Namun setelah kebakaran banyak pedagang menyeberang jalan untuk berjualan. Mereka buka lapak di mulut jalan Wonodri. Itulah awal mula keberadaan Pasar Wonodri yang juga dikenal Pasar Sendiko karena ada garasi bus umum Sendiko dulunya.
Pohon tetap berdiri ditempatnya dan pasar dibangun tanpa mengusiknya. Malah pohon tua ini ditunggu Mbah Gosang. Dahulu juga ada soto ayam laris dibawah pohon.
Renovasi pada tahun 2000an juga tak mengusik pohon ini. Puncaknya pada renovasi sekian tahun lalu, pohon ini menjadi taman utama di depan pintu masuk pasar, dibuatkan dinding pembatas dan tempat prasasti dipasang.
Tak ada yang berani memangkas pohon itu, bahkan mengusik rantingnya pun tak ada. Dan kemudian tak ditemui lagi penjual soto ayamnya.
Kondisi pasar sekarang bersih. Tergolong sebagai pasar tradisional terbersih di Semarang.
Foto, ketika baru saja Pasar Koplak terbakar 1976. Pohon asam tua itu terlihat berdiri di tengah. Tampak sedikit bangunan di ujung kanan, adalah bagian pusat perbelanjaan dan bioskop Metro waktu itu.
(Sumber : artikel J Christiono di FB MIKSemar)
